Durasi : 1 JP
Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP dapat melakukan percakapan coaching dengan alur TIRTA.
CGP dapat mempraktikkan tiga kompetensi inti coaching, presence, mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot dalam percakapan coaching.
CGP dapat menjelaskan jalannya percakapan coaching untuk membuat rencana, melakukan refleksi, memecahkan masalah, dan melakukan kalibrasi.
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
Terima kasih Anda masih meluangkan waktu untuk bereksplorasi secara mandiri mengenai konsep coaching di konteks pendidikan, paradigma berpikir dan prinsip coaching, dan kompetensi inti coaching.  Sekarang, saatnya Anda mempelajari tentang percakapan coaching yang menjadi acuan interaksi antara Pemimpin Pembelajaran dan Kepala Sekolah (disebut sebagai coach) dan Rekan Sejawat (disebut sebagai coachee). Dibutuhkan kemampuan seorang coach untuk dapat menavigasi tujuan dan arah percakapan yang dibutuhkan coachee dengan menggunakan acuan interaksi berikut ini (Costa dan Garmston, 2016):
Percakapan untuk perencanaan mungkin terjadi sebelum coachee (teman sejawat) akan memulai/ terlibat dalam suatu kegiatan atau melakukan suatu tugas. Selain itu percakapan untuk perencanaan bisa dilakukan sebelum memulai pendampingan kepada rekan sejawat. Pendampingan bersifat suatu pengembangan jangka pendek. Tujuan dari percakapan ini adalah merencanakan apa yang ingin dikembangkan coachee
Percakapan untuk pemecahan masalah biasanya terjadi saat coachee menghadapi masalah, merasa buntu, merasa tidak jelas, merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, mengalami krisis, dan membutuhkan bantuan dari luar
Percakapan untuk berefleksi terjadi setelah ada aktivitas yang dilakukan oleh coachee atau setelah coachee menyelesaikan tugas, dan saat coachee sedang ingin merefleksikan diri
Percakapan untuk kalibrasi terjadi saat coachee ingin melakukan swanilai kinerja/perkembangannya terhadap suatu standar/kriteria dan saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana terhadap standar/kriteria tersebut.Â
Drag kata yang tepat untuk tipe percakapan coaching berikut
Percakapan untuk terjadi setelah ada aktivitas yang dilakukan oleh coachee atau setelah coachee menyelesaikan tugas, dan saat coachee sedang ingin merefleksikan diri
Percakapan untuk mungkin terjadi sebelum coachee (teman sejawat) akan memulai/ terlibat dalam suatu kegiatan atau melakukan suatu tugas. Selain itu percakapan untuk perencanaan bisa dilakukan sebelum memulai pendampingan kepada rekan sejawat. Pendampingan bersifat suatu pengembangan jangka pendek. Tujuan dari percakapan ini adalah merencanakan apa yang ingin dikembangkan coachee.
Percakapan untuk terjadi saat coachee ingin melakukan swanilai kinerja/perkembangannya terhadap suatu standar/kriteria dan saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana terhadap standar/kriteria tersebut.
Percakapan untuk masalah biasanya terjadi saat coachee menghadapi masalah, merasa buntu, merasa tidak jelas, merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, mengalami krisis, dan membutuhkan bantuan dari luar
Seorang coach perlu memiliki kesadaran terhadap tujuan percakapan yang dibutuhkan coachee sesuai konteks dan ketersediaan waktu saat percakapan terjadi. Sehingga dalam satu percakapan bisa mencakup beberapa tujuan. Contoh: setelah melakukan percakapan kalibrasi, coachee memulai percakapan untuk membahas rencana kegiatan yang akan dilakukan. Di saat itu coach perlu menyesuaikan dan mengubah arah alur percakapan menjadi sebuah percakapan perencanaan. Atau di sebuah percakapan refleksi, coachee terlihat frustrasi atau bingung. Saat itu coach dapat membuat keputusan menggunakan alur percakapan untuk memecahkan masalah dan membantu menggali coachee memahami situasi/kondisi yang sedang dihadapi sehingga bisa membuat keputusan-keputusan yang sesuai untuk mengatasi situasi/kondisinya.Â
Sebelum membahas dan memberikan contoh alur yang spesifik dari setiap percakapan coaching di atas, kami perkenalkan acuan umum sebuah alur percakapan coaching yang akan membantu peran coach dalam membuat percakapan coaching menjadi efektif dan bermakna yaitu alur TIRTA.
TIRTA dikembangkan dari satu model umum coaching yang dikenal sangat luas dan telah banyak diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will.
Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
4) Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.
Alur percakapan coaching TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching untuk memfasilitasi rekan sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana secara mandiri. Â Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk pengembangan diri dan membangun kemandirian. Melalui alur percakapan coaching TIRTA, kita diharapkan dapat melakukan pendampingan baik kepada rekan sejawat maupun muridnya.Â
Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya.
Sebagai seorang coach salah satu peran terpentingnya adalah membantu coachee menyadari potensi yang dimiliki untuk mengembangkan kompetensi dirinya, dan menjadi mandiri melalui pendampingan yang mengedepankan semangat memberdayakan
Tujuan Umum (Tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung. Idealnya tujuan ini datang dari coachee)
Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang (dalam pikiran coach) dan yang dapat ditanyakan kepada coachee diantaranya:
Apa rencana pertemuan ini?
Apa tujuannya?
Apa tujuan dari pertemuan ini?
Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?
Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?
Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih
Identifikasi (Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi)
Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini diantaranya adalah:
Kesempatan apa yang Bapak/Ibu miliki sekarang?
Dari skala 1 hingga 10, dimana posisi Bapak/Ibu sekarang dalam pencapaian tujuan Anda?
Apa kekuatan Bapak/Ibu dalam mencapai tujuan tersebut?
Peluang/kemungkinan apa yang bisa Bapak/Ibu ambil?
Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi Bapak/Ibu dalam meraih tujuan?
Apa solusinya?
Rencana Aksi (Pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat)
Apa rencana Ibu/bapak dalam mencapai tujuan?
Adakah prioritas?
Apa strategi untuk itu?
Bagaimana jangka waktunya?
Apa ukuran keberhasilan rencana aksi Bapak/Ibu?
Bagaimana cara Bapak/Ibu mengantisipasi gangguan?
Tanggungjawab (Membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya)
Apa komitmen Bapak/Ibu terhadap rencana aksi?
Siapa dan apa yang dapat membantu Bapak/Ibu dalam menjaga komitmen?
Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?
Dengan menjalankan alur TIRTA ini, harapannya seorang kepala sekolah dapat dapat menjalankan percakapan berbasis coaching dengan lebih efektif dan bermakna.
Percakapan untuk Refleksi
Percakapan ini dilakukan setelah coachee selesai beraktivitas, menyelesaikan tantangan, atau menyelesaikan suatu tugas. Tujuan percakapan membantu coachee merefleksikan pengalamannya dan mengambil makna serta pembelajaran untuk menjadi lebih baik di kesempatan lain. Saat melakukan percakapan untuk refleksi upayakan untuk memberi banyak ruang hening untuk coachee. Izinkan coachee mengungkapkan refleksinya dengan bebas. Jaga presence untuk membantu menjaga “ruang” percakapan yang aman dan nyaman bagi coachee.
T (Tujuan)
Bangun suasana tenang saat melakukan refleksi
Menyepakati tujuan refleksi dari kegiatan yang dialami coachee
Menyepakati hasil percakapan
I & R (Identifikasi & Rencana Aksi)
Mulai dengan menanyakan apa yang didapat/dirasakan dari event/kegiatan/situasi yang direfleksikan
Tanyakan inspirasi apa yang timbul dari pengalaman/perasaan tersebut
Tanyakan apa yang sekarang jadi diketahui/dipahami/disadari oleh coachee
Tanyakan dari kesadaran itu apa yang akan dilakukan kedepannya
TA (Tanggung Jawab)
Tanyakan apa yang didapatkan dari percakapan?
Percakapan untuk pemecahan masalah
Percakapan ini dapat terjadi saat coachee menghubungi kita karena menghadapi masalah, merasa buntu, merasa tidak jelas, merasa tidak berdaya, merasa tidak mampu, atau saat coachee mengalami krisis dan membutuhkan bantuan dari luar. Saat melakukan percakapan untuk pemecahan masalah coach perlu menjaga sikap terbuka, netral, dan ingin tahu. Jangan terbawa dalam “masalah coachee”. Sering-sering mengajak coachee melihat dari area yang netral. Apabila perlu gunakan gambar/mindmap untuk membantu coachee bisa melihat dengan lebih jelas kondisi yang sedang dihadapi.
T (Tujuan)
Menyepakati tujuan percakapan dan hasil percakapan
I (Identifikasi)
Ajak coachee menggambarkan/menjelaskan/mengungkapkan masalahnya
Lalu ajak coachee melihat apa yang ingin dicapainya jika masalah hilang
Ajak coachee melihat faktor-faktor yang menyebabkan itu terjadi dan faktor-faktor yang bisa membuat hal itu hilang
(Rencana Aksi)
Ajak coachee memikirkan apakah memiliki gagasan untuk mengatasinya
Coach dan coachee bisa menggunakan sesi brainstorming
TA (Tanggung Jawab)
Sebelum percakapan berakhir, coachee menyimpulkan apa yang didapat dari percakapan
Percakapan untuk kalibrasi
Kalibrasi artinya adalah mengukur dan menyesuaikan kinerja diri dengan standar yang ditentukan. Percakapan kalibrasi dibangun untuk membimbing coachee melakukan kalibrasi terhadap standar yang berlaku dengan menyesuaikan tingkat keterampilan coachee dari standar tersebut. Percakapan ini dilakukan saat membicarakan kemajuan perkembangan diri coachee, saat coachee melakukan swanilai kinerja atau perkembangannya, atau saat perlu melakukan penyesuaian ulang atas rencana terhadap standar/kriteria tersebut. Percakapan dimulai dengan membahas hal-hal yang sudah baik. Lalu gunakan hal yang sudah baik untuk meningkatkan atau mengebangkan hal-hal yang belum sesuai target atau keinginan coachee. Berikan umpan balik sesuai data dan positif.
T (Tujuan)
Pastikan coach dan coachee dalam keadaan mental positif, siap untuk berpikir bersama, mampir hadir sepenuhnya
Pastikan memiliki intensi yang tepat yaitu ingin terkoneksi bukan mengoreksi dan ingin memahami bukan memberi tahu
I & R (Identifikasi dan Rencana Aksi)
Mulai dengan mengajak coachee menilai apa hal-hal yang sudah baik
Lanjutkan dengan swa-nilai area yang menurut coachee dapat dikembangkan lagi
Sampaikan sudut pandang coach sebagai pengamat
TA (Tanggung Jawab)
Tanyakan kesimpulan dan apa yang akan dilakukan berbeda di kemudian hari
Mari berefleksi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:Â
Dari semua langkah dalam alur percakapan coaching TIRTA, langkah manakah yang menurut Anda paling menantang? Mengapa?
Kendala apakah yang mungkin akan Anda hadapi ketika Anda menggunakan langkah-langkah dalam alur TIRTA ketika berupaya melakukan percakapan coaching dengan rekan Anda Anda di sekolah?
Silahkan tuangkan ringkasan pemahaman Bapak/Ibu pada kolom NOTES yang ada dibagian YOUR NOTES AND QUESTIONS!
Bapak/Ibu juga diminta untuk memberikan komentar terhadap jawaban yang dikirimkan oleh peserta lain, dengan meng-klik tombol Reply pada jawabannya.